Assalamualaikum..
Di postingan ini, saya mau bercerita seputar kisah saya dan sahabat saya yang sekarang sudah beda sekolah:') Nulis cerpen ini sih udah lama banget setelah lulus SMP:') tapi baru di posting deeh:'D hehehe silahkan di baca aja yaa sobat blogger;;)
TERPISAH KARENA JARAK
Saat aku tersadar dari mimpi, hari sudah pagi. Dengan sedikit malas, aku bangun dari tidurku dan kemudian membereskan kamar. Lalu aku pun mandi untuk bersiap-siap berangkat ke sekolah. Ketika selesai, aku pun memakai seragam sekolah. Dengan pakaian putih abu-abu, aku diantar ayahku menggunakan sepeda motor ke sekolah. Seperti biasa, sebelum memasuki gerbang sekolah, tak lupa aku pamitan dan mencium tangan ayahku.
Hari ini adalah hari Senin. Semua sekolah pasti mengadakan kegiatan rutin yaitu Upacara Bendera, termasuk sekolahku. Ditengah berlangsungnya upacara, tak tahu mengapa aku tiba-tiba teringat sahabatku, Mirza. Aku sangat merindukannya. Aku merindukan semua hal yang kita lakukan dulu saat masih bersama. "Kamu sedang apa ya Mir? Aku rindu kamu. Kalau saja kamu pegang HP, pasti rindu ini akan sedikit terbalas dengan kabar darimu meskipun hanya melalui SMS. Hari ini kamu pasti juga sedang upacara di sekolahmu. Iya, ini pertama kalinya kita Upacara Bendera di sekolah yang berbeda. Baik-baik di sana ya Mir, aku yakin suatu saat nanti kita pasti akan bertemu." batinku. Lamunanku pun seketika buyar saat temanku mengejutkanku, aku hanya tersenyum membalasnya.
Upacara pun selesai. Awalnya semua biasa saja seakan-akan semua baik-baik saja. Tetapi tersadar dari lamunanku, ketakutanku semakin terasa nyata. Mungkin karena seiring bergulirnya waktu, komunikasi di
antara kita semakin berkurang, membuat aku bertanya-tanya dan menerka-nerka arti lamunanku itu. Jujur aku takut kehilanganmu, Mir. Berbeda sekolah bukan suatu penghalang menjalin persahabatan. Di sekolah baruku, aku mempunyai teman-teman dekat, aku tahu kamu juga seperti itu. Meskipun kita sudah saling kenal dengan teman-teman dekat kita di sekolah masing-masing, kalau aku boleh jujur aku iri kepada mereka yang satu sekolah denganmu. Mereka lebih leluasa melihat kamu tersenyum baik senang maupun duka, senyummu yang biasanya memberiku semangat. Mereka juga menjadi pendengar yang baik buat kamu, mereka lebih tahu keadaanmu, kamu pun lebih banyak cerita kepada mereka dibanding aku. Bisa dikatakan mereka sebagai pengganti aku ketika aku tak bisa bersamamu. Kini aku telah tersingkirkan oleh orang-orang yang mungkin lebih bisa membahagiakanmu. Itulah awal aku menyadari bahwa kita yang sekarang bukanlah kita yang dulu. Kita yang sekarang adalah kita yang disibukkan oleh sekolah baru, tugas-tugas, bahkan teman-teman baru yang lebih dekat dengan kita. Dulu, aku satu-satunya sahabat yang kamu perlakukan khusus. Tapi kenyataannya saat ini sungguh menyakitkan, keadaan persahabatan kita berbanding terbalik. Benarkah begitu Mir? Atau itu hanya perasaanku yang terlalu cepat beranggapan seperti itu. Mereka sangat beruntung bisa bersamamu hampir setiap saat. Sedangkan aku, tak bisa melakukan lebih untuk menunjukkan bahwa aku sahabat terbaikmu. Harus aku akui, "Jarak memang kejam, mengubah yang indah menjadi gelisah." Wajar saja aku merasakan gelisah seperti ini, mungkin kamu juga merasakan hal yang sama, Mir. Saat hatiku terluka, sekuat mungkin aku akan bertahan dengan semua ini. Aku terus berusaha meyakinkan diriku bahwa aku tetaplah sahabat terbaiknya. Kita sama-sama menunggu hingga kita bisa bertemu lagi. Aku berharap anggapan negatifku itu salah. Semoga Allah selalu menjaga dan melindungi persahabatan kita.
Sore harinya, aku dibuat terharu ketika membaca inbox dari Mirza, "Aku rindu kamu Ky." Rindu ini semakin menjadi-jadi saat itu. Tetap saja kita harus menjalani ini, kita hanya bisa berbagi tanpa harus bertatap muka. Setidaknya itu sudah cukup menghilangkan rindu kita selama ini dan aku menikmati semua itu. Layaknya kita dulu, kalau sudah bertemu pasti ingin berlama-lama
hanya sekedar berbagi cerita. Sekarang, kita tak sempat lagi bercerita banyak seperti dulu.
Dari pembicaraan panjang melalui inbox kala itu, ternyata harusnya diantara kita tak ada ketakutan dan keraguan karena persahabatan kita baik-baik saja. Tak ada yang perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Kita belajar banyak hal dari semua itu. Kita belajar sabar dan ikhlas. Semua akan indah pada waktunya, sebuah penantian yang berujung pertemuan membahagiakan. Yang paling penting kita harus saling percaya dan jangan sampai putus komunikasi. Kita sangat beruntung bisa bersahabat dengan baik, karena tak semua orang bisa mempunyai sahabat. Kita memang terpisahkan oleh jarak, tapi biarkan do'a yang menjadi jembatannya. Biarkan kisah ini menjadi kenangan manis sebagai pembelajaran kita yang sudah aku abadikan dalam tulisan ini karena ini begitu indah. Tetaplah menjadi sahabatku selamanya, Rts. Mirza Aulia.
Yaaaa itulah pengalaman saya. Btw, ada yang pernah ngalamin kayak saya gaak?? Kalok ada, sabar aja yaa:) tetap positive thinking aja;;)
Sekiaaann yaa Wassalam..